Negara medsos
Fenomena kegandrungan rakyat suatu negara akan media sosial menjadi kajian yang menarik , aktifitas ekonomi, kegiatan politik, sosial budaya memanfaatkan secara maksimal bahkan over media sosial untuk mendapatkan keuntungan dan tercapainya tujuan dari aktifitas media sosial yang mereka lakukan.
Tanpa sadar kita membiarkan bahkan ada yang menikmati untuk di manfaatkan para pencari perhatian dan juga politisi sampah untuk mengikuti apapun yang mereka lakukan dan suarakan. Para penikmat media sosial seperti kita bahkan sampai berlebihan memandang dan memperhatikan kehidupan pribadi para pesohor medsos .
Hobi Mengomentari penampilan dan kelakuan pesohor medsos saya pandang sangat tidak masuk akal, hal2 privat yang mereka tampilkan baik di sengaja atau pun di viralkan menjadi hoby netizen Indonesian berlomba2 mengeluarkan pendapat seakan2 berhak dan berguna akan komentar2 bodohnya itu.
Hal lain bahkan lembaga kenegaraan memanfaatkan media sosial sebagai humas mereka. Partai politik dan lembaga sosial tak kalah aktif di medsos, bahkan berlomba2 memanfaatkan akan hoby warga net kita yg over aktif di media sosial. Budaya influencer ke arah buzzer menjadi bisnis, bahkan tak segan2 dengan kurang bijak saling nyerang dengan sedikit fitnah untuk menyerang pihak lain yang posisinya berseberangan dengan majikan mereka. Praktek2 kotor di media sosial makin lama makin memuakkan.
Entah sampai kapan hal tersebut terus berlangsung, bisnis legal dan kotor di media sosial seolah2 tanpa rule dan etika, regulator juga sulit menertibkan karena akan menyentuh kebebasan ber ekspresi yg mungkin menjadi blunder kehidupan demokrasi. Bahkan mungkin akan dilema jika pihak yg bersentuhan dengan mereka bermain juga di tempat dan Arena dan sama. Kesadaran dan kedewasaan warga net Indonesia lah yg menjadi harapan agar tidak terus menerus menjadi obyek tempat pembuangan dari konten sampah, kampanye kebencian dan juga pemburu keuntungan dari perhatian pengguna medsos.
No comments:
Post a Comment