Menjelang Ramadhan 2019
Sayup sayup suara Sahdu Nisa sabyan mulai sering terdengar di televisi dan tempat umum, tanpa terasa kita sudah menjelang masuk bulan Ramadhan di tahun 2019 ini. Masih terasa betapa dari lebaran tahun lalu sampai saat ini terasa sangat berat di rasa karena mengalami problematika kehidupan yang pelik.
Hingar bingar pemilu masih terasa, dan orang kembali pelan pelan mulai melupakan kontestasi politik yang sempat menyedot perhatian rakyat negeri ini. Semua orang kembali berkonsentrasi mencari rezeki yang ingin bisa menghidupi kehidupan keluarganya dengan aman. Bahkan yang masih menganggur ini mencoba memutar otak , agar ada sedikit rezeki sekedar untuk memeriahkan hari raya Idul fitri yang sebentar lagi akan datang.
Fase dari Ramadhan tahun lalu sampai sekarang merupakan fase terberat yang saya rasakan, dari perubahan pendapatan yang cukup drastis berkurang, sampai mencoba mencari sumber penghidupan baru yang sedikit terpaksa pada awalnya karena sulitnya pilihan bidang lainnya.
Kehidupan tumah tangga kami pun mengalami titik jenuh di masa ini, harapan memiliki keturunan belumlah menjadi kenyataan, memang kami sudah pada tahap ikhlas, tapi di relung hati tetaplah memiliki pengharapan yang dalam akan hadirnya buah hari di tengah tumah tangga kami yang terasa makin hambar saja, walau harus di akui tidak lah menjadi alasan akan runyamnya kehidupan kami sehari-hari.
Ramadhan tahun lalu cukup berbekas bagi saya, karena pertama kalinya meneteskan air mata tak kala dengan terpaksa harus meninggalkan pekerjaan yang cuma selama 3 bukan saya jalani. Mungkin Karena timing Ramadhan lah yang membuat saya menangis di tengah dalam perjalanan di atas sepeda motor sesaat meninggalkan kantor itu untuk terakhir kalinya sebagai karyawan kontrak nyq. Tak kala banyak yang bergembira karena THR dan semangat mudik, saya harus meratapi nasib yang kurang beruntung yang sebenarnya sudah biasa saya alami, karena momen Ramadhan lah yang membuat tetesan bening membanjiri pipi saat masih memakai helm sepeda motor.
Walau saat ini belum membaik kondisi kehidupan saya, tapi Ramadhan tahun ini saya mulai melebarkan susut pandang tentang keikhlasan menerima apapun yang kita dapat walau sebesar apapun ikhtiar kita, Allah pasti tahu apa yang terbaik bagi kita, dan ada hikmah yang bisa kita ambil dari segala kejadian apapun yang pernah kita alami.
Marhaban Ya Ramadhan ....
No comments:
Post a Comment