Siaran TV Digital Masih Belum Familiar
Siaran televisi free to air masih menjadi pilihan terbanyak di nikmati oleh masyarakat kita, dengan hanya bermodal kan tv analog jadul ataupun model baru di tambah antena seadanya sudah bisa menikmati hiburan gratis yang lumayan bisa melupakan penatnya kehidupan sehari-hari.Perkembangan teknologi pertelevisian terus berkembang, televisi berbayar dengan pilihan hiburan mancanegara pun semakin menunjukkan eksistensinya dan makin menjadi pilihan bagi penikmat program televisi yang tidak puas dengan kualitas program lokal tv gratis ataupun kualitas gambar yang di hasilkan tv analog. Tak heran jika di kota kota besar banyak rumah yang sudah memasang parabola mini di rumahnya masing menjadi pemandangan umum yang sudah tidak istimewa lagi.
Semakin banyaknya stasiun televisi yang menggunakan frekuensi analog membuat semakin terbatas untuk televisi baru yang ingin bersiaran menggunakan frekuensi yang sedikit tersebut. Hal ini membuat pilihan akan siaran digital menjadi langkah maju yang harus diterapkan pemerintah sebagai regulator penyelenggaraan siaran televisi. Kendala yang terjadi tentu cukup banyak, sepeti masih terbatasnya masyarakat yang mampu membeli televisi yang sudah support siaran digital yang berharga mahal, atau pun alat tambahan yang bisa support tv digital untuk televisi jadul/tabung sekalipun.
Kendala lain tentu suara miring para raksasa perusahaan televisi dan media yang kurang antusias melakukan siaran digital, walau mereka sebenarnya sudah menyiapkan siaran digital di kota kota besar yang saat ini bisa di nikmati. Tambahan biaya investasi para perusahaan penyiaran dan juga rebutan frekuensi yang tersedia membuat konvergensi siaran analog ke digital masih tertunda, sampai saat ini belum bisa di pastikan kapan siaran tv analog akan sepenuhnya di hapus di udara Indonesia.
Masyarakat yang kurang mampu membeli tv digital dan alat tambahan pun masih cukup puas dengan siaran tv analog yang mereka biasa nikmati sehari hari. Banyak hal tentang siaran televisi digital yang belum familiar bagi masyarakat bawah sepeti istilah-istilah di bawah ini .
SET TOP BOX
Untuk anda yang belum mempunyai tv yang support siaran tv digital, maka perlu di tambahkan alat tersebut.
Set Top Box merupakan alat untuk mengkonversi sinyal digital menjadi gambar dan suara yang dapat ditampilkan di TV Analog biasa. Alat ini bisa kita peroleh di toko elektronik atau di toko online, harganya cukup variatif, sebagian besar di angka 200ribu hingga 500ribuan. Tergantung brand apa yang anda pilih.
Cara Pemasangannya seperti pasang DVD Player, bahkan hampir mirip. Caranya, Kabel antena dicolokkan ke port antena in di set top box, lalu sambungkan kabel audio video yg berwarna merahputih kuning (RCA) dari set top box ke TV. Jadi masih memerlukan antena yang kualitasnya baik untuk bisa menikmati siaran digital.
Sistem DVB-T2
Dvb-t2 merupakan Teknologi tv digital yang resmi digunakan oleh regulator sebagai standar teknologi dalam penyiaran Tv Digital terestrial di Indonesia. Jadi siaran tv digital yang di maksud adalah televisi free to air yang biasa kita nikmati secara analog seperti saat ini, tidak menjangkau televisi luar ataupun televisi berbayar.dan hanya bisa di tangkap atau di nikmati di tempat atau kota yang sudah tersedia siaran digital, belum merata ke seluruh Indonesia.
Kelebihan Siaran TV Digital dibanding Analog.
Siaran tv digital Gratis Tanpa biaya Bulanan,seperti analog namun kualitas gambar sangat baik, Kejernihan gambar setara DVD dan suara lebih bagus,jumlah channel program lebih banyak, karena pemerintah sudah tidak mbuka ijin untuk siaran analog untuk tv baru, ada fitur multimedia dan layanan entertain lainnya, seperti dapat merekam siaran tv.
Menurut pemerintah nantinya Lembaga penyiaran akan mendapatkan keuntungan rendahnya biaya operasi dan kecanggihan teknologi. Peluang pengembangan konten lokal menjadi lebih terbuka dan variatif.
Pengembangan teknologi kedepan juga bisa memanfaatkan frekuensi yang di tinggalkan tv analog untuk kegunaan yang lebih urgen seperti early warning sistem dalam penanganan bencana alam dan untuk misi kemanusiaan lainnya. Frekuensi tersebut juga kita harapkan tidak di gunakan untuk menjualnya ke pihak korporasi telekomunikasi besar yang memang sudah mengincarnya sejak lama.
No comments:
Post a Comment