Kilas Balik Revolusi dunia pertelevisan di Indonesia
Stasiun televisi pertama kali ada Indonesia adalah dengan berdirinya TVRI di tahun 1962 sebagai salah satu dari persiapan Asian games pada waktu itu, Dengan sumber daya yang terbatas TVRI sukses ikut menyiarkan Asian Games ke wilayah indonesia yang masih terbatas jangkauan siarannya, televisi mulai menasional ketika pemerintah meluncurkan satelit palapa ke orbit guna mendukung siaran televisi dapat di terima dengan jangkauan yang nasional.Bagi anda anda yang generasi di bawah 90an merasakan stasiun televisi yang mengudara hanya TVRI, penonton hampir tidak punya pilihan lain selain nonton laporan khusus rapat kabinet, temu muka presiden dengan kelompencapir dan hiburan era jadul yang cukup menghibur, seperti sinetron losmen, rumah masa depan dan acara musik aneka ria safari.
D awal tahun 90an hadirlah televisi swasta pertama, yakni Rajawali Citra televisi Indonesia /RCTI, kehadiran nya mulai membuka mata penonton tv, bahwa ada yang beda jika stasiun tv di kelola pihak swasta. Pada awal kemunculan stasiun tv swasta , TVRI sebagai pelopor dunia pertelevisan cukup memberi persaingan dengan juga memberi tontonan yang menarik pada kala itu, tidak seperti sekarang , siaran TVRI seperti cuma menjalankan kewajiban siaran saja , tanpa tujuan apa yang mau di capai.
Perubahan dengan era keterbukaan yang di jalankan pemerintah di tahun 90an, membuat dunia televisi swasta semakin tak terbendung untuk terus berjaya di udara tanah air. Berbagai stasiun televisi baru bermunculan dan semakin banyak jumlahnya .
Sekarang Dunia pertelevisan Indonesia di kuasai oleh 5 kelompok besar atau konglomerat media masa yang hampir 90% menguasai pendapatan iklan nasional. Buruknya kondisi stasiun tv sekarang adalah sulitnya mencari ciri khas dari stasiun tv masing - masing, karena hiburannya cenderung sama dan mengikuti hasil rating dari lembaga riset.
Kepemilikan stasiun tv saat ini juga tidak lepas dari dunia politik, ini karena kebanyakan pemilik televisi terafiliasi dengan partai politik tertentu, yang pastinya mengurangi independensi berita yang mereka tayangkan menjadi sangat subyektif, dan cenderung pro pada pihak pemilik stasiun tv tersebut.
Stasiun tv lokal yang pada awal di tujukan untuk menyaingi stasiun tv nasional sulit untuk eksis, keterbatasan permodalan dan sulitnya mereka mencari penghasilan dari iklan membuat mereka satu persatu tutup dan ada juga yang di caplok pengusaha tv nasional. Perlu adanya evaluasi dari regulasi dunia televisi di Indonesia agar tidak adanya dominasi opini dan fakta kebenaran oleh pihak yang menguasai pertelevisan nasional. Dan paksa stasiun televisi membuat program yang lebih berfaedah bagi penontonnya .
No comments:
Post a Comment